Belakangan ini, warga Jepang cukup sering memilih nama yang tak biasa untuk anak-anak mereka, seperti Light, herry, Kitty, Max. Nama dengan kanji unik ini disebut kirakira. Yang artinya bersinar-sinar gemerlap. Anak-anak bernama “gemerlapan” ini jumlahnya semakin banyak di Jepang. Dalam sebuah survei terhadap 500 siswa dan mahasiswa, ditemukan kurang lebih 44,8% mempunyai teman disekolah yang punya nama kirakira.

Survei seorang dokter spesialis anak dari Japan Red Cross Wakayama Treatmen Center, Matsura Yuji pun menemukan hasil menari. Survei itu hanya berlangsung seminggu pada Desember 2013 dan berlokasi di rumah sakitnya saja. Dalam seminggu itu terdapat 104 anak dibawah 15 tahun yang masuk ke ruang gawat darurat. Dari jumlah itu, 16 diantaranyadipandang punya nama kirakira.

Setidaknya butuh dua syarat untuk disebut punya nama kirakira. Pertama, nama itu harus terdengar tak biasa atau unik. Kedua, huruf kanji yang menyusun namanya tidak arti tertentu namun ketika dibaca kedengaran seperti nama dari anime, manga, bunga atau nama-nama populer dari dunia barat. Normalnya orang tua di Jepang memberi nama anak dengan mempertimbagkan pemilihan kanji berdasar pada arti., jumlah goresan dan kombinasi huruf kanji. Nama kirakira seperti Raito yang berasal dari kata Inggris “light”, tersusun dari kanji bulan yang memang bersinar di mala hari.

Ada pula kanji 真九州 yang ternyata dibaca Makkusu. Ini diambil dari nama orangBarat, Max. atau kanji 皇帝 yang ketika dibacaternyata Shiiza, dari nama Caesar. Contoh lain adalah Naushika. Ini adalah nama yang diambil dari anime Nausicca of the Valley of the Wind karya Miyazaki Hayao. Kanji yang dipakai untuk nama ini adalah ima ( aertinya saat ini atau dalam bahasa Inggris “now” ) dan shika yang artinya rusa. Hal seperti ini pasti memusingkan guru-guru di sekolah yang harus menghadapi anak-anak baru dengan kanji yang ketika diucapkan tidak terdengar Jepang sama sekali.

Tentu dengan nama seperti itu, mereka jadi unik dan tak ada duanya di Jepang. Tidak seperti nama misalnya saja Takeshi atau Yoko yang mungkin dimiliki jutaan orang di Jepang. Dengan nama unik seperti ini mungkin orang tua tua berharap si kecil menjadi spesial dan berbeda dengan orang kebanyakan di masa depan. Mungkin pula nama unik itu orang tua berharap bahwa si kecil bakal hebat seperti Julius Caesar atau imut seperti Hello Kitty.

Tetapi bagi pemilik nama yang mungkin keunikannya kebablasan seprti pikachu atau tetris, mereka sangat mungkin jadi bahan cemooh teman-temannya di sekolah. Lebih bahaya lag, nama unik itu bakal menyulitkan para pemilik nama tiba-tiba sakit dan perlu perawatan segera di ruang gawat darurat. Penggunaa kanji yang tak biasa justru menyulitkan identifikasi pasien, penundaan identifikasi dinilai bakal menghasilkan dua identifikasi yang bakal meningkatkan kesalahan sata penanganan pasien.

Urusan nama ini mungkin berdampak pada rejeki si anak kelak.  Ketika si anak mencaari pekerjaan, perusahaan mungkin saja menolak seseorang dengan nama yang aneh. Pemilik nama dianggap dibesarkan orang tua yang tak punya akal sehat. Urusan nama ini mungkin saja dampaknya tidak sesederhana yang dipiki orang tua sekarang. Untuk itu, PM Jepang Abe Shinzo pernah ikut campur dan memberi kan anjura agar menamai anak seperti hewan peliharaan. Ahli sosiologi dari  Kyouto Bukyou University, Kobayashi Yasuma melihat kaitan yang mungkin terjadi antara nama kirakira dan makin dalamnya isolasi keluaga inti di Jepang. Keluarga kecil itu mungkin terputus dari komunitas tradisional dan juga dari generasi yang lebih tua dimana kakek dan nenek dari zaman ini mungkin tinggal jauh dari rumah.

Source : koran Halo Jepang