Mitsuo Sudou, adalah seorang pengusaha pemilik toko grosir payung “Dakeda Chou-Gorou Shouten” yang didirikan sejak tahun 1721. Namun, setelah empat tahun berakhirnya Perang Dunia II target pemasaran dikuasai oleh produsen yang lebih besar dan Mitsuo Sudou berusaha untuk berjuang memulai kembali bisnisnya. Dengan bekal keterampilannya, Ia mulai mencari desain baru dan memproduksi payung yang lebih asli dan unik. Taplak meja yang dibawa tentara Amerika yang masuk ke Jepang pada saat itu, Ia jadikan sebagai bahan pembuatan payung.
Sebagian besar payung pada waktu itu terbuat dari katun, seringkali warnanya luntur ketika hujan turun dan meninggalkan noda pada kimono. Melihat kekurangan ini, Mitsuo Sudou mulai memikirkan kembali dan Ia menemukan ide bahwa , “Bagaimana jika saya menutupi payung dengan lembaran plastik tahan air?” Masalahnya adalah bagaimana cara menempelkan plastik. Jika ia menjahitnya, air akan merembes melalui lubang-lubangnya. Lalu Ia mendengar bahwa plastik dapat menempel dengan panas berfrekuensi tinggi dan ia pun memesan mesin khusus ke sebuah pabrik. Alhasil pada tahun 1953, Ide yang Ia fikirkan dan payung penutup plastik yang Ia ciptakan bisa diterima dipasaran dan sukses besar.
Namun beberapa tahun tahun kemudian, nilon pun mulai muncul dan tidak ada masalah mengenai warna yang luntur seperti sebelumnya. Orang-orang pun mulai berhenti membeli payung produksi Mitsuo. Namun Ia tidak menyerah, malah ia ingin membuat payung yang berbahan dari plastik. Payung plastik pertama yang muncul pada tahun 1958 bukanlah payung transparan, melainkan berwarna putih susu.
Toko grosir yang menjual payung-payung berbahan kain biasa menganggap payung plastik sebagai saingan dan tak mau menjualnya di toko mereka. Penjualan tidak meningkat seperti yang diinginkan. Kemudian, Mitsuo membawa payung produksinya ke berbagai toko pakaian di Ginza. Sang penyelamat pun datang tanpa diduga. Seorang pembeli dari Amerika yang mengunjungi Jepang untuk Tokyo Olympic Games menawarkan Mitsuo untuk menjual payung-payungnya di New York. Pada musim dingin di New York hujan pun turun dengan deras dan orang-orang menyukai payung berbentuk sangkar burung yang dapat melindungi hingga bahu. Selain itu, mereka juga dapat melihat jalanan dengan bahan yang transparan.
Dari sinilah, payung plastik buatan Mitsuo mulai dilirik kembali oleh warga Jepang. Payung plastik transparan menjadi tren di Jepang, bahkan orang Jepang menganggap payung ini sebagai payung favorit dan menjadikannya sebagai identitas mereka.
Source : japanesestation
Shared by NEXS Japanese Language Center
Konsultan Pendidikan Profesional dan Terpercaya di Indonesia, NEXS Japanese Language Center
Dapatkan FREE TRIAL JAPANESE CLASS berdurasi 60 menit dengan materi pembelajaran pengenalan Bahasa Jepang, pengenalan Huruf Kana serta simulasi JLPT
NEXS Japanese Language Center, Pilihan tepat Belajar Bahasa Jepang di Surabaya!
NEXS Japanese Language Center
Kursus Bahasa Jepang di Surabaya (Kelas Regular & Private)
Conversation Class Bahasa Jepang di Surabaya
Kursus Bahasa Jepang Online
Studi Ke Jepang
Kelas Persiapan JLPT di Surabaya
Kelas Bahasa Jepang ONLINE
Konsultasi pendidikan ke Jepang di Surabaya
Jasa Penerjemahan Bahasa Jepang di Surabaya
Program Study Tour ke Jepang
Head Office NEXS Japanese Language Center:
Komplek Ruko Transmart Rungkut Blok A-25
Jl. Raya Kalirungkut No. 23 Surabaya 60293
TELEPHONE: (031)8781033
WA : 081335555002
ID LINE: nexs.center
e-mail: [email protected]