musim gugur
aki
秋
Musim gugur di Jepang ditandai dengan mulai rontoknya dedaunan di pohon-pohon, dan berakhirnya hari panas dan lembab. Berawal sekitar bulan September-November. Musim ini terkenal dengan daun yang berubah warna jadi kuning, merah, oranye, dan disebut Momiji (紅葉).
Festival yang diadakan pada musim ini yaitu aki matsuri (festival musim gugur). Pada festival itu berbagai budaya Jepang ditampilkan, seperti peragaan kimono, seni bela diri, chado (upacara minum teh), hingga pasar kaget yang menjual aneka makanan khas Jepang.
Tiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam merayakannya. Di beberapa kampus, anak muda Jepang merayakannya dengan menggelar panggung musik. Di samping itu, pada musim gugur petani memasuki musim panen, misalnya panen ubi dan jeruk.
Para binatang liar seperti beruang, mengumpulkan persediaan makanan untuk ditimbun selama mereka tidur jangka lama di Musim Dingin. Dan ada juga yang menarik yaitu Hari Ekuinoks Musim Gugur (秋分の日 Shūbun no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh sekitar 23 September ketika terjadi ekuinoks musim gugur yang merupakan hari pertama musim gugur di belahan bumi utara. Hari libur ini ditetapkan tahun 1948 dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 untuk “memuliakan nenek moyang, mengenang orang yang sudah meninggal,” sedangkan penentuan tanggal berdasarkan hari ekuinoks musim gugur menurut waktu Jepang. Pada waktu ini, kebanyakan orang Jepang pergi ke makam keluarga untuk membersihkan makam atau berdoa untuk arwah nenek moyang atau anggota keluarga yang telah meninggal.
Selain itu, ada juga salah satu festival musim gugur di jepang yaitu Festival tsukimi (menatap bulan) Menurut tradisi orang jepang melihat di bulan ada seekor kelinci yang sedang menumbuk dengan Alu untuk membuat kue mochi.
Perayaan menikmati pemandangan bulan di pertengahan musim gugur di jepang disebut tsukimi. Budaya tersebut pertama kali diperkenalkan ke masyarakat Jepang dari Cina pada periode Nara dan Heian, yaitu antara tahun 710 – 1185.
Tsukimi dirayakan tiap tanggal 15 Agustus dalam lunar calendar, atau Jugoya (malam ke 15 dalam bahasa Jepang). Jugoya dalam solar calendar atau kalender masehi selalu berubah setiap tahunnya, namun biasanya jatuh di bulan September atau Oktober. Bulan di malam tersebut tak selalu penuh, namun itu adalah bulan yang paling cerah dan paling indah sepanjang tahun. Tahun ini, Tsukimi dirayakan pada tanggal 3 Oktober.
Masyarakat Jepang merayakan Tsukimi dengan mendekorasi vas dengan susuki (sejenis rumput Jepang) dengan bunga-bunga musim gugur, lalu meletakkan kue dango dan satoimo (sejenis ubi-ubian) di altar untuk dipersembahkan kepada bulan. Mereka kemudian memandangi bulan dan menikmati keindahannya dengan tenang.
Kata “tsukimi” juga digunakan dalam beberapa nama makanan khas Jepang. Misalnya tsukimi soba dan tsukimi udon. Makanan-makanan tersebut bukanlah makanan khas perayaan Tsukimi, namun menggunakan telur mentah sebagai toppingnya. Kuning telur pada telur mentah tsebut melambangkan bulan bagi masyarakat Jepang. Di gerai-gerai McDonald’s di Jepang juga tersedia Tsukimi Burger, yaitu burger dengan isi telur mata sapi.
Tanggal 1 September adalah hari pengendalian bencana di Jepang, maka pada kuliah kedua kami membahas tentang tata cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa, angin topan, tsunami, dan kebakaran. Pertengahan September, tanggal 15, dikenal pula sebagai waktu purnama yang terindah. Maka pada saat itu, banyaklah orang Jepang yang menikmati sinar bulan, yang dikenal dengan istilah tsukimi (月見)sambil menikmati kue moci tsukimi. Pada bulan September juga hawa masih sangat nyaman untuk berkumpul, maka dilakukan pula pertemuan dengan para orang tua, untuk mendengarkan masukan mereka tentang pembangunan desa. Hari itulah yang dikenal sebagai Keirou no hi (敬老の日).
Pada bulan Oktober, orang Jepang menyelenggarakan undokai (運動会) atau pesta olahraga. Jadi pada saat kuliah ketiga dan keempat, kami membahas tentang kebiasaan dan pandangan orang Jepang terhadap olahraga. Dalam pesta olahraga yang sering diselenggarakan di TK dan SD, orang tua sering ikut terlibat berlomba bersama anak-anak. Hari itu bukan sekedar pertandingan olahraga, tetapi sekaligus hari keluarga. Kuliah kelima diisi dengan materi Ifuku (Pakaian Tradisional Jepang). Mahasiswa mempraktekkan pemakaian yukata, baju tradisional Jepang yang sering dipakai di musim panas. Dan pada kuliah keenam kami membahas tentang Momiji gari dan Bunka no hi (hari budaya).
Momiji gari (紅葉狩り) merupakan aktifitas menikmati keindahan alam memerahnya daun maple yg dilakukan oleh masyarakat Jepang.Pada akhir musim gugur, suasana di Jepang sudah memerah penuh, sehingga banyak yang memanfaatkan liburan Sabtu Minggu untuk melihat momiji. Momiji gari adalah mirip dengan tradisi Hanami pada musim semi. Kalau pada musim semi mereka melihat berkembangnya bunga sakura, maka pada musim gugur mereka menyaksikan kouyou (紅葉) atau daun yang memerah dan menguning. Kata gari (狩り) dalam momiji gari (紅葉狩り) berarti berburu binatang. Yang kemudian dalam perkembangannya digunakan dalam banyak hal, termasuk melihat buah-buahan (Ringo gari, budou gari, ichigo gari, dll).
Shared by: NEXS Japanese Language Center
Dapatkan FREE TRIAL JAPANESE CLASS berdurasi 60 menit dengan materi pembelajaran pengenalan Bahasa Jepang dan pengenalan Huruf Kana🙌🙏🙌🙏
🌟 NEXS Japanese Language Center 🌟
Kursus Bahasa Jepang di Surabaya (Kelas Regular & Private)
Kursus Bahasa Jepang Online
Studi Ke Jepang
Conversation Class Bahasa Jepang di Surabaya
Kelas Persiapan JLPT di Surabaya
Kelas Bahasa Jepang ONLINE
Konsultasi pendidikan ke Jepang di Surabaya
Jasa Penerjemahan Bahasa Jepang di Surabaya
Program Study Tour ke Jepang
Head Office NEXS Japanese Language Center
Komplek Ruko Transmart Rungkut Blok A-25
Jl. Raya Kalirungkut No. 23 Surabaya 60293
TELEPHONE: (031)8781033
WA : 081335555002
ID LINE: nexs.center
e-mail: [email protected]
website: www.nexs.co.id