HINOMARU

HINOMARU

Sejarah Hinomaru

Dalam bahasa Jepang, bendera nasional Jepang disebut hinomaru, yang berarti “lingkaran matahari.” Di tengah-tengah bendera putih adalah lingkaran merah besar, yang mewakili matahari terbit tanpa sinar. Nama resmi dari bendera Jepang adalah nisshoki, yang berarti bendera bersimbol matahari. Tetapi, kebanyakan orang sering menyebutnya hinomaru, yang berarti lingkaran matahari.

Menurut legenda Jepang, bendera ini berasal dari abad ke-13, ketika negara itu sedang diserang oleh bangsa Mongol. Seorang pendeta Buddha bernama Nichiren menawarkan bendera berlambang lingkaran matahari kepada kaisar Jepang karena Amaterasu, penguasa itu, dianggap sebagai keturunan dewi matahari.

Kapan tepatnya lingkaran matahari pertama kali digunakan pada bendera Jepang tidak bisa dinyatakan secara pasti, tetapi sejarah mencatat pada abad ke-12 prajurit samurai menggambar simbol lingkaran matahari pada kipas lipat. Ikon hinomaru digunakan sebagai lencana militer selama perang Jepang dari abad ke-15 dan ke-16. Meskipun beberapa lambang pada periode itu memotret lingkaran emas dengan latar belakang biru, lingkaran merah di atas latar belakang putih lebih umum digunakan.

Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, hinomaru muncul sebagai simbol nasional ketika bendera ini dikibarkan di atas kapal-kapal dagang Jepang. Bendera Jepang pertama kali dikibarkan pada tahun 701, sebagaimana disebutkan dalam Shoku Nihongi, teks sejarah klasik Jepang, yang diakui oleh Kaisar Mommu. Namun, bendera itu tidak secara resmi diadopsi oleh pemerintah Jepang sampai tahun 1999, setelah adanya penandatanganan UU yang berkaitan dengan bendera nasional dan lagu kebangsaan.

Bentuk  Fisik Hinomaru

Ratio-nya adalah tujuh unit panjang dan sepuluh unit lebar (7:10). Lingkaran merah, yang melambangkan matahari, dikalkulasikan menjadi tiga-lima dari total ukuran panjang kerekan. Hukum tersebut menetapkan penempatan lingkaran tersebut pada bagian tengah, namun lingkaran tersebut biasanya ditempatkan satu-seratus (1/100) dari kerekan.[63][64] Pada tanggal 3 Oktober pada tahun yang sama, regulasi mengenai desain dari bendera yang dijual dan bendera-bendera angkatan laut lainnya disahkan.Untuk bendera yang dijual, ratio-nya adalah dua unit panjang dan tiga unit lebar (2:3). Ukuran lingkaran tersebut tetap sama, namun lingkaran surya ditempatkan satu-dua puluh (1/20) dari kerekan.

Ketika Hukum Mengenai Bendera Nasional dan Lagu Kebangsaan Nasional disahkan, dimensi bendera tersebut sedikit berubah. Keseluruhan ratio bendera tersebut diubah menjadi dua unit panjang dengan tiga unit lebar (2:3). Lingkaran merah bergeser ke bagian tengah, namun ukuran lingkaran secara keseluruhan tetap sama.[2] Latar belakang bendera tersebut berwarna biru dan lingkaran surya berwarna merah (紅色 beni iro?), namun nuansa warna tetap tidak didefinisikan pada hukum 1999.

Penggunaan dan Kebiasaan

Ketika Hinomaru pertama kali diperkenalkan, pemerintahan meminta masyakarat untuk menyambut kaisar dengan bendera tersebut. Terdapat sejumlah orang Jepang yang tidak suka pada bendera tersebut, sehingga memunculkan beberapa unjuk rasa. Butuh beberapa waktu untuk bendera tersebut mendapatkan penerimaan di kalangan masyarakat.

Selama Perang Dunia II pada kebudayaan Jepang, terdapat sebuah kebiasaan populer untuk teman, teman sekolah, and kerabat dari seorang prajurit untuk menandatangani Hinomaru dan memperlihatkannya kepadanya. Bendera tersebut juga digunakan sebagai ucapan semoga berhasil dan doa harapan untuk meminta prajurit tersebut kembali dari pertempuran. Salah satu istilah untuk kebiasaan tersebut adalah Hinomaru Yosegaki (日の丸寄せ書き?).[76] Salah satu tradisinya adalah tulisan apapun harus tidak boleh menyentuh lingkaran surya.

Contoh lainnya adalah ikat kepala hachimaki, yang berwarna putih dan memiliki lingkaran merah di tengahnya. Selama Perang Dunia II, frase “Kemenangan Wajib” (必勝 Hisshō?) atau “Tujuh Kehidupan” ditulis pada hachimaki dan dipakai oleh pilot-pilot kamikaze. Hal ini untuk menyatakan bahwa pilot tersebut telah bersedia wafat untuk negaranya.

Sebelum Perang Dunia II, semua rumah diminta untuk mengibarkan Hinomaru pada hari libur nasional. Sejak masa perang, sebagian besar pengibaran bendera Jepang hanya sebatas dilakukan di gedung-gedung yang berkaitan dengan pemerintahan nasional dan lokal seperti balai kota, dan jarang terlihat di rumah-rumah pribadi atau gedung-gedung komersial, namun beberapa orang dan perusahaan telah menganjurkan pengibaran bendera tersebut pada hari libur. Meskipun pemerintahan Jepang mendorong masyarakat dan penduduk untuk mengibarkan Hinomaru pada hari libur nasional, mereka tidak diwajibkan secara hukum untuk melakukannya.Sejak Hari Ulang Tahun Kaisar ke-80 pada tanggal 23 Desember 2002, Perusahaan Jalur Kereta Api Kyushu mengibarkan Hinomaru di 330 stasiun.

Menurut protokol, bendera tersebut dikibarkan dari matahari terbit sampai matahari terbenam; kantor-kantor dan sekolah-sekolah diijinkan untuk mengibarkan bendera tersebut dari buka sampai tutup. Ketika pengibaran bendera Jepang dan negara lainnya pada waktu yang sama, bendera Jepang mengambil posisi penghormatan dan bendera tamu negara dikibarkan di sebelah kanannya. Kedua bendera harus berada pada tinggi yang sama dan ukuran yang sama. Ketika bendera luar negeri dengan jumlah lebih dari satu ditampilkan, bendera Jepang diatur dengan urutan abjad sesuai dengan yang ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa.

Bendera Hinomaru setidaknya memiliki dua cara untuk melakukan acara berkabung. Salah satunya adalah mengibarkan bendera tersebut dalam keadaansetengah tiang (半旗 Han-ki?) yang umum di banyak negara. Kantor Kementerian Urusan Luar Negeri mengibarkan bendera setengah tiang ketika pemakaman yang dilakukan untuk pimpinan negara asing.[99] Cara berkabung lainnya adalah menempatkan bola berwarna hitam pada bagian puncak tiang dan memasang kain persegi panjang berwarna hitam tepat diatas bendera tersebut, yang dikenal sebagai bendera berkabung (弔旗 Chō-ki?). Cara ini dlakukan pada tanggal 10 Juli 1912, ketika Kaisar Meiji wafat dan Kabinet mengeluarkan perintah yang menyatakan bahwa bendera nasional harus dikibarkan dengan cara seperti itu selama masa berkabung ketika Kaisar wafat. Kabinet memiliki kewenangan untuk mengumumkan pengibaran bendera nasional secara setengah tiang.

Dapatkan FREE TRIAL JAPANESE CLASS berdurasi 60 menit dengan materi pembelajaran pengenalan Bahasa Jepang dan pengenalan Huruf Kana atau materi persiapan JLPT

NEXS Japanese Language Center, Pilihan tepat Belajar Bahasa Jepang di Surabaya!

🌟 NEXS Japanese Language Center 🌟
Kursus Bahasa Jepang di Surabaya (Kelas Regular & Private)
Kursus Bahasa Jepang Online
Studi Ke Jepang

Conversation Class Bahasa Jepang di Surabaya
Kelas Persiapan JLPT di Surabaya
Kelas Bahasa Jepang ONLINE
Konsultasi pendidikan ke Jepang di Surabaya
Jasa Penerjemahan Bahasa Jepang di Surabaya
Program Study Tour ke Jepang

Head Office NEXS Japanese Language Center:
Komplek Ruko Transmart Rungkut Blok A-25
Jl. Raya Kalirungkut No. 23 Surabaya 60293
TELEPHONE: (031)8781033
WA : 081335555002
ID LINE: nexs.center
e-mail: [email protected]
website: www.nexs.co.id

×

こんにちは!NEXS memiliki program kelas Privat Online/Offline, Reguler (Basic-Intermediate-Advance), JLPT, Conversation Class, Study In Japan, Translate dan Penerjemah.

× Chat Kami...